Rabu, 09 Januari 2019
Rabu, 27 Agustus 2014
Special and Regular
~Special
And Regular~
Cast : Jieun, Hyunwoo
Other Cast: Jiyeon, Sulli
Lenght: Twoshoot
Writer : Latifah Ramdhani
.Judulnya ! Apa lagi itu? gue ga tau
bikin judul. Ternyata yang susah itu ya buat judul. Jadi, kalau judulnya KAGAK
sesuai gue mian mian sorry ya. Trus kalau ceritanya ancur seancur muka gue,
mohon maaf mian mian sorry bro~
Chapter1
Suara musik game terdengar dari sudut cafe, seroang gadis dengan
ponselnya bermain dengan sangat seru, dihadapan gadis itu, seroang pria yang
terlihat seumuran dengan gadis itu membaca buku sambil mendengarkan musik dari
erphonenya.
Sesekali gadis itu meminum minuman yang ia
pesan, dan saat ia kalah ia akan menggerutu kesal membuat pria dihadapannya itu
menggeleng.
“Huh! Aku bosan!” Kata gadis itu lalu
meletakkan ponselnya dimeja. “Kau! Kapan kau berhenti membaca buku itu?”
“....” Tidak ada jawaban dari pria
dihadapannya.
“Yak! Hyunwoo-ya.” Seru gadis itu lagi.
pria yang ternyata bernama Hynwoo itu tidak menjawab apapun, mungkin ia tidak
mendengar gadis itu memanggilnya.
Gadis itu menghembuskan napas kesal. “Huh!!
Kau selalu sibuk dengan dirimu sendiri.” Katanya kesal. “Hyunwoo-ya~~~” Kata
gadis itu sedikit teriak yang membuat para pelanggan lain refleks berbalik
mengarah mereka berdua.
Akhirnya Hyunwoo, pria itu sadar kalau
gadis dihadapannya memanggilnya.
“Huh.. ada apa denganmu, Jieun-a? Kau
sukses membuat mereka berbalik kearah kita.” Kata Hyunwoo sambil melepas
erphone-nya dan menutup bukunya.
Gadis yang ternyata bernama Jieun itu mencibir
kesal. “Itu karena kau juga.” Katanya pelan. “Siapa suruh tidak memperdulikanku
dan hanya memperhatikan buku itu.”
“Jieun-a, apa kau lupa? Besok ada ujian,
kenapa kau begitu santai? Hah? Kenapa kau tidak membuka buku pelajaranmu dan
belajar bersamaku?”
“Aishh.. jadi sejak tadi kau belajar? Huh,
mian.. aku tidak tahu.” Kata Jieun sedikit menyesal. “Aku ingin belajar tapi
aku benar-benar tidak ada mood untuk itu.”
Hyunwoo menggeleng pelan.
“Belajar pun percuma, tidak ada yang bisa
masuk diotakku. Apalagi besok matematika.” Jieun menggeleng dan mengangkat
kedua tangannya. “Aku pasrah kalau nilai matematikaku hancur. Itu bukan
masalah, aku sudah terbiasa untuk itu.”
Hyunwoo menghembuskan nafas dengan sedikit
kesal. “Mari belajar bersama!! Aku akan mengajarimu apa yang tidak kau
ketahui.” Katanya dengan sedikit emosi.
“ Aku tidak ingin menyusahkanmu. Jadi,
belajarlah sendiri. Mulai sekarang, aku tidak akan menganggumu kalau kau sedang
belajar. Miann..” Kata Jieun lalu mengambil ponselnya dan kembali memainkan
gamenya.
_________________
Malamnya, Jieun sedang menonton acara
komedi, ia benar-benar tertawa terbahak-bahak membuat Ibunya beberapa kali
menegurnya. Sampai ia berhenti tertawa ketika Hyunwoo menelponnya.
“Wae?” Jieun.
“Apa kau sudah belajar?” Tanya Hyunwoo.
Jieun menghembuskan nafas kesal. “Tidak,
aku tidak akan belajar. Kalau kau menelponku hanya karena ingin bertanya
seperti itu, lebih baik kau tidak usah menelponku.” Kata Jieun kesal dan
memutuskan telepon. Ibunya yang memperhatikannya sejak tadi hanya bisa
menggeleng melihat sikap anaknya.
“Aishh.. selalu saja ia seperti itu.
Memangnya ia siapa? Apa dia benar-benar namjachingu-ku atau dia
orangtuaku? Cih, sikapnya benat-benar mirip Ayah.” Kata Jieun dengan emosi
meluap-luap.
---
Hyunwoo menggeleng saat Jieun memutuskan
sambungan telepon. “Aish.. aku benar-benar kesal dengan sikapnya. kenapa aku
bisa jatuh cinta dengan gadis seperti dia??” Serunya kesal.
Hyunwoo kembali mengambil pulpennya dan
mencoba menjawab soal-soal yang ada pada buku paketnya. Tiba-tiba ia berhenti
dan meletakkan pulpennya dengan kesal.
“Aishh.. apa dia marah padaku? Ah,
entahlah.” Katanya lalu memaksakan dirinya kembali mengambil pulpennya.
Pikirannya dipenuhi oleh Jieun yang sepertinya marah padanya. Sesekali Hyunwoo
menggeleng ketika ia mengingat Jieun lagi.
____________________
Besok paginya di sekolah, Jieun datang
lebih awal dan mengobrol dengan teman kelasnya.
“Jadi.. apa kau belajar dengannya?” Tanya
Salah satu teman kelasnya yang duduk disampingnya.
“Siapa? Hyunwoo? Haha.. aku tidak suka
belajar. Walau mau diajar oleh dia pun aku tetap tidak suka belajar.” Jawab
Jieun dengan tawanya yang menggema di ruang kelasnya.
Hyunwoo datang, dengan sikap pendiamnya ia
berjalan masuk ke kelas. sekali melirik Jieun, lalu kembali melirik yang
lainnya.
Saat ujian berlangsung, Jieun benar-benar
tidak tahu apapun, dia hanya menggeleng dan menjawab asal. Dia benar-benar
sudah pasrah dengan otaknya yang benar-benar tidak bisa dalam soal matematika,
fisika dan juga kimia.
Hyunwoo sedikit memperhatikan Jieun, ia
menghembuskan nafasnya dengan kesal.
_______________________________
Setelah ujian, Hyunwoo duduk di samping
kelasnya dibangku berwarna hijau panjang yang memang disiapkan untuk bersantai.
Tiba-tiba Jieun lewat dengan temannya. Hyunwoo menatapnya sambil menyipitkan matanya
dan melmbaikan tangan pertandah memanggilnya Jieun.
Jieun membiarkan temannya pergi dan ia
berjalan dengan kesal menuju Hyunwoo. Hyunwoo menyuruh Jieun duduk
disampingnya.
“Hm ada apa?” Tanya Jieun sambil tersenyum
tipis pada Hyunwoo.
“Bagaimana ujiannya?” Tanya Hyunwoo.
Jieun tertawa pelan. “Kenapa menanyakan
itu? Kau pasti sudah tahu apa yang terjadi denganku saat mengerjakan soal
matematika.”
Hyunwoo menyipitkan matanya, mendecakkan
lidah dan mengangguk. “Kau benar! kenapa aku bertanya seperti ini?”
“Haha.. bagaimana? Apa kau mau ke kantin?”
Tanya Jieun.
Hyunwoo menggeleng. “Aku tidak lapar. Kau
pergilah!”
“Baiklah, paii..” Kata Jieun sambil
melambaikan tangannya dan berjalan menuju kantin.
_____________________________________
Jieun makan dengan lahapnya, ia sangat
kelaparan karena tadi pagi ia tidak sarapan karena takut terlambat ke sekolah.
Tapi, ternyata sampai di sekolah, ujian baru dimulai pukul 8.
Teman kelasnya yang bernama Sulli
menggeleng pelan. “Makanlah dengan pelan. Kalau kau tersedak kau akan
menggemparkan kantin ini. haha.”
“Kau diam saja, makanlah makananmu! Jangan
mengurusiku. Aku sangat lapar sekarang.” Kata Jieun lalu memakan makanannya
lagi.
Tiba-tiba, seorang siswi datang dan duduk
disamping Jieun dan menggeleng melihat kelakukan Jieun.
“Aishh.. apa kau benar-benar pacar
Hyunwoo?” Tanya siswi itu.
Jieun berhenti memakan makanannya dan
berbalik mengarah siswi itu. Jieun memperhatikan papan namanya. Siswi itu
bernama Jiyeon. Jieun memutar bola matanya, meminum minuman yang ia pesan lalu
kembali menatap Jiyeon.
“Apa maksudmu?” Tanya Jieun sambil
mengangkat sebelah alisnya.
Jiyeon memperhatikan Jieun dari atas sampai
bawah. “Aku tidak mengerti kenapa ia memilihmu. Kau sangat biasa.”
Sulli yang kesal mendengarnya langsung
menegurnya. “Yak! Apa maksudmu mengatakan hal seperti itu?”
“Kau tahu siapa Hyunwoo? Dia adalah si
siswa yang posisinya tidak bisa tergantikan dirangking 1 umum. Aku benar-benar
ingin mengalahkan tapi itu mustahil. Hm.. lalu kau? Aishh.. kau hanya
membuatnya malu dengan otakmu yang tidak berguna itu!”
Jieun terkejut dengan kalimat yang keluar
dari mulut Jiyeon. Jieun tahu kalau Jiyeon adalah siswi yang pintar dan dia
adalah siswi yang menempati rangking 2 umum. Tapi, ia kesal atas pernghinaan
yang diberikan untuknya.
“Apa aku pernah membuatmu kesal? Hah?
Kenapa kau menghinaku dengan mulutmu itu?” Tanya Jieun berusaha menahan emosi.
Ia menahan dirinya agar tidak menendang mulut Jiyeon.
“Kau benar-benar!” Kata Sulli dan hampir
saja meninju wajah Jiyeon, untung saja Jieun dengan cepat menahan tubuh Sulli.
“Apa aku salah? Aku rasa aku benar, otakmu
memang tidak berguna! Kau hanya membuatnya malu.. dan lagi.. aku mendengar dari
yang lainnya kalau kau yang mengejar-ngejarnya. Cih, kau benar-benar tidak
punya rasa malu!” Kata Jiyeon pedas. Jieun menatapnya kesal, amarahnya
benar-benar susah ia tahan. Hampir saja ia ingin mengeluarkan kata-kata kotor
untuk Jiyeon.
“Hmm..” Jiyeon melirik jam tangannya. “Aku
harus pergi. paii.. selamat menikmati sarapanmu!” Katanya dengan manis, namun
tatapannya benar-benar sinis.
Sulli mencibir. “Uekk.. sepertinya aku mau
muntah melihat wajahnya.”
Jieun menghembuskan nafas sedih.
“Sepertinya ia benar.”
“Yak Jieun-ah! Apa maksudmu? Hah? Dia hanya
iri denganmu yang bisa mendapatkan Hyunwoo. Aku dengar ia juga menyukai
Hyunwoo.”
“Aku sudah kenyang. Aku pergi dulu.” Kata
Jieun lalu pergi meninggalkan Sulli yang kesal dengan sikapnya. Otak Jieun
benar-benar dipenuhi dengan apa yang dikatakan oleh Jiyeon. Sepertinya ia
termakan oleh kalimat pedas Jiyeon.
______________________
Jieun yang duduk dibelakang Hyunwoo
memperhatikan punggung Hyunwoo dengan tatapan sedih.
“Yap! Sepertinya Jiyeon benar. aku hanya
membuat malu Hyunwoo dengan otakku yang pas-pasan. Aku tidak pintar dalam
pelajaran apapun, apalagi matematika. Huh.. ya, mungkin Hyunwoo malu punya yeojachingu
sepertiku. Semuanya fakta, Hyunwoo selalu menyuruhku belajar, jika ia
menelponku.. ia hanya menanyakan apakah aku sudah belajar atau tidak? intinya
ia berusaha keras merubahku.. entahlah, apa ini untuk kebaikanku, atau karena
ia malu karena aku yang bodoh?”
“Yak Jieun-a? Apa yang kau pikirkan? Aku
sudah memanggil namamu sejak tadi?”
Tiba-tiba Jieun tersadar. “Ah?”
Derai tawa pun terdengar untuk Jieun. Jieun
menghembuskan nafasnya. “Maaf.” Kata Jieun lalu berdiri dan membungkuk sampai
90derajat.
“Araesso.. duduk!” Kata gurunya. Jieun pun
duduk.
“Yah.. pasti ia malu sekarang. Malu dengan
sikapku.” Kata Jieun. “Harusnya aku tidak menyatakan rasa sukaku dan memaksanya
menerimaku. Dia hanya kasihan padaku... ahh siall!! Ia bahkan tidak pernah
mengatakan ‘saranghae’ padaku.. itu sudah jelas kalau ia tidak
menyukaiku.”
________________________
Hyunwoo menunggu Jieun yang dipanggil oleh
walikelas di gerbang sekolah.
“Huh.. dia lama sekali.” Kata Hyunwoo
sedikit mengeluh.
“Kenapa belum pulang?” Tanya Jiyeon yang
tiba-tiba datang.
“Sedang menunggu seseorang.” Jawab Hyunwoo.
“Ouh.. apa Jieun?”
Hyunwoo mengangguk.
“Baiklah, aku duluan. Paii.. selamat
menunggu.” Kata Jiyeon dengan manis. “Cih, dia benar-benar bodoh dalam memilih
pasangan.” Batin Jiyeon kesal.
Jieun keluar dari ruang walikelasnya lalu
berjalan dengan lesuh. “Kemungkinan aku tidak bisa naik kelas, kalau nilaiku
terus-terusan seperti ini. aishh.. lalu aku harus apa? Ini pemaksaan, kalau
memang otakku ini tidak mampu, aku harus bagaimana? Arghh..”
“Kau kenapa lama sekali?” Tanya Hyunwoo
yang tiba-tiba ada dihadapannya.
Jieun bingung. “Kenapa kau ada di sini?”
“Kau pikir kenapa? Tentu saja menunggumu.
Ayo!” Kata Hyunwoo.
Jieun berjalan dengan lesuh.
“Ada apa? Kenapa kau dipanggil walikelas?”
Tanya Hyunwoo.
“Bukan, bukan apa-apa.” Jawab Jieun.
“Kalau itu bukan apa-apa, kenapa kau
terlihat lesuh?” Tanya Hyunwoo.
“Huh.. tidak apa.” Kata Jieun.
Hyunwoo benar-benar tidak mengerti dengan
apa yang terjadi dengan Jieun.
_______________________
Jieun memperhatikan nilai-nilainya
diraport. Nilainya benar-benar standar. Bahkan ada yang dibawah standar.
“Kenapa harus ada sekolah? Ini mengerikan.
Kalau aku tidak naik kelas, apa yang akan mereka katakan padaku? Mereka akan
menghinaku.”
“Bagaimana dengan Hyunwoo? Huh, Hyunwoo
akan semakin malu. Aku menyukainya, benar-benar menyukainya, tapi aku tidak
tahu dia menyukaiku apa tidak, karena ia tidak pernah menyatakan hal itu.”
Jieun teringat perkataan Jiyeon. “Huh! Dia
benar. lebih baik aku mundur.. aku hanya membuatnya malu.”
FlashBack
“Aku menyukaimu!” Jieun menyatakan
perasaannya pada Hyunwoo.
Hyunwoo terkejut dan bingung dengan apa
yang dinyatakan Jieun. Dia hanya mengkerutkan dahi dan tidak menjawab.
Jieun menelan ludah. Hyunwoo terdiam.
“Huh, baiklah. Aku tahu kalau kau tidak
menyukaiku. Tapi, bisakah kau menerimaku? Kumohon! Aku sangat-sangat
menyukaimu!! Kumohon!!“
“Baiklah.”
“Baiklah?” Jieun terkejut. Ia benar-benar
tidak menyangka bahwa Hyunwoo akan menerimanya.
“Apa kau menginginkan aku menjadi pacarmu?”
Jieun mengangguk sambil menggigit bibir
bawahnya.
“Baiklah, kalau begitu mulai sekarang aku
adalah pacarmu.” Kata Hyunwoo yang membuat Jieun terkejut, heran namun senang.
“Benarkah? Kau tidak bercanda, bukan?”
Hyunwoo menggeleng. “Aku tidak bercanda.”
FlashBack –END-
“Yap, mengherankan sekali kenapa ia bisa
langsung menerimaku begitu saja. Kita tidak pernah akrab sama sekali. walau
sekelas, kita hanya mengobrol seadanya. Yap, kesimpulannya adalah, Hyunwoo dulu
menerimaku hanya karena KASIHAN. Bukankah ini benar-benar menyedihkan?”
Jieun benar-benar sedih.
_________________________
Hyunwoo duduk dimeja belajarnya, ia bingung
dengan apa yang terjadi pada Jieun. Tiba-tiba ia teringat dengan Jiyeon.
“Bukankah orang yang menyapaku tadi di
gerbang adalah Jiyeon? Jiyeon yang.....”
FlashBack
“Itu mustahil! Dia itu bodoh! Bagaimana
mungkin orang seperti Hyunwoo bisa menyukainya.”
Hyunwoo yang duduk dibawah pohon, di taman
belakang sekolahnya, tidak sengaja mendengar Jiyeon dan temannya membicarakan
seseorang. Awalnya ia tidak peduli, tapi saat mendengar Jiyeon menyebut
namanya, ia langsung tertarik mendengar apa yang dibicarakan Jiyeon dan
temannya itu.
“Ya kau benar! Jieun benar-benar tidak
punya rasa malu. Harusnya ia sadar diri kalau dia itu sama sekali tidak pantas
menyukai Hyunwoo.” Kata temannya.
“Jieun?” Batin Hyunwoo.
“Aku dengar dia akan menyatakan
perasaannya.” Kata Jiyeon sambil menggeleng.
“Benarkah? Aishh.. Jieun benar-benar
nekat.”
“Aku yakin ia akan ditolak. Haha, dan aku
akan mempermalukannya di depan semua orang.”
Hyunwoo yang mendengar semuanya hanya bisa
menggelengkan kepalanya.
FlashBack –END-
“Ahh.. iya. wanita licik itu! Karena
Jiyeonlah aku menerima Jieun. Yap, sehari setelah itu Jieun menyatakan
perasaannya padaku, awalnya aku benar-benar tidak ingin menerimanya.. huh
menyedihkan. Tapi, mengingat yang dikatakan Jiyeon tentang ia akan
mempermalukan Jieun didepan semua orang, aku menjadi kasihan dan menerimanya.”
“Tapi, sungguh. Awalnya aku tersiksa
dengan sifat kebodohannya, kegilaannya,
kemalasannya, dan semuanya.. tapi lama kelamaan aku terbiasa dengan itu semua
dan menerimanya. Waktu terlalu cepat berlalu, awalnya hanya sebuah ‘rasa
kasihan’ menjadi ‘rasa suka’ sial! Ini membuatku gila.”
“Sebelum aku berpacaran dengannya, aku
tidak pernah merasa sepusing seperti ini. hidupku benar-benar normal, dan
sekarang? Semuanya berubah.”
____________________
Jieun menghembuskan nafas sedih.
“Aku akan ikut les privat.” Kata Jieun.
“Woah.. itu bagus!” Kata Sulli.
“Tapi, aku tidak tahu itu akan berhasil
atau tidak.”
“Kau hanya harus mencobanya. Tapi.. apa kau
menyewa seorang guru?”
Jieun memandang bingung Sulli. “Kalau aku
tidak menyewa, siapa yang akan mengajariku? Aishh. Kau ini benar-benar!”
“Tapi, pacarmukan bisa mengajarimu. Dia itu
sangat pintar!”
“Diamlah, aku tidak ingin membahas tentang
dia.”
“Hah? Apa kalian bertengkar.”
“Aku bilang stop!”
“Araesso.” Kata Sulli sedikit
kesal.
Saat Hyunwoo masuk ke kelas, Jieun hanya
terdiam, tidak melirik Hyunwoo sama sekali yang membuat Hyunwoo bingung lalu
duduk ditempat duduknya.
“Huh, aku benar-benar merinudukan dia! aku
ingin sekali berbicara dengannya. Akhir-akhir ini kita jarang bicara. Tapi..
sepertinya ini lebih baik, aku tidak ingin menyusahkannya terlalu banyak. Dan
sepertinya, jalan terbaik adalah..” Jieun menelan ludah. “Melepaskannya.”
Katanya lalu menghembuskan nafas kesal.
Hyunwoo mengkerutkan dahinya dengan sikap
Jieun yang sekarang.
__________________
Jieun mencubit-cububiti pipinya sendiri
didepan cermin. “Arghh.. aku ingin sekali bertemu denganmu Hyunwoo!!!! Pulang
sekolah tadi aku benar-benar menyesal tidak pulang bersamamu.. Hyunwoo-ya, ini
mengesalkan!”
Ketukan pintu terdengar. “Yak Jieun-a! Guru
privatmu sudah datang.”
Jieun benar-benar kesal. “Ne.” Kata Jieun
dan berjalan menuju pintu dan membukanya.
“Hyunwoo?, ke-kenapa kau ada di sini?”
Tanya Jieun yang terkejut dengan kedatangan Hyunwoo, namun ia juga sangat
senang.
Hyunwoo memiringkan kepalanya dan mengangkat
bahunya. “Ambil bukumu!” Katanya lalu masuk ke dalam kamar Jieun.
“Ibu, kenapa ia ada di sini? Bukankah..
ahh..”
“Ya, dia adalah guru privatmu. Ibu lebih
mempercayai dia daripada yang lain, karena Ibu sudah mengenalnya lama.. jadi,
mulai sekarang kau harus belajar dengan baik darinya. Ibu ingin mengambilkan
kalian makanan ringan.” Kata Ibunya lalu berjalan menuju dapur.
Jieun masih berdiri mematung didekat pintu.
“Apa ini mimpi?”
“Yak Jieun-a! Kenapa kau masih berdiri di
sana? Ambil bukumu dan beritahu aku yang mana yang tidak kau mengerti!” Kata
Hyunwoo yang duduk dikursi meja belajar Jieun sambil memperhatikan foto Jieun
yang terpajang dimeja belajarnya dengan bingkai berwarna merah jambu. Hyunwoo
hanya tersenyum tipis melihatnya.
Jieun yang tahu kalau fotonya diperhatikan
langsung mengambilnya dan menyimpan dilacinya lalu mengambil buku matematika dan
mengambil sebuah kursi lalu duduk disamping Hyunwoo.
“Semuanya.” Kata Jieun. “Aku tidak mengerti
dengan semuanya.”
Hyunwoo akhirnya mengajari Jieun dengan
susah payah. Jieun benar-benar susah diajar.
Ibunya masuk dan memberikan mereka sebuah makanan
ringan, Hyunwoo berterimakasih dan Ibu Jieun pun keluar.
Jieun memegang kepalanya. “Aku sangat
pusing. Akhh..” Katanya mengeluh lalu mengambil biskuit yang dibawah oleh
Ibunya dan langsung menggigitnya dengan kesal.
Satu stengah jam Hyunwoo mengajarkan Jieun
lalu ia memberikan 2 soal dan benar-benar membuat Hyunwoo harus menggelengkan
kepalanya beberapa kali karena 2 soal yang diberikan Hyunwoo, Jieun hanya bisa
menjawab stengah dari nomor satu.
“Huh, kau benar-benar susah diajar. Tapi,
ini sudah cukup baik karena kau bisa
mengerjakan stengah dari nomor satu.” Kata Hyunwoo lalu berdiri dari duduknya.
“Aku harus pulang.”
Jieun mengangguk. “Gomawo.”
“Hm.”
Jieun mengantar Hyunwoo sampai depan pintu.
“Pai.” Katanya lalu melambaikan tangan.
Hyunwoo melangkah pergi, namun ia
menghentikan langkahnya dan berbalik. “Aku ingin jalan-jalan dulu. Karena aku
sudah mengajarmu, kau harus membayarku dengan menemaniku.”
===
Jieun dan Hyunwoo akhirnya berjalan-jalan
ditaman kompleks perumahan.
“Aishh.. apa aku mengatakannya saja
sekarang? Mengatakan kalau aku akan melepaskannya dan meminta maaf karena
menyusahkannya selama ini?” Batin Jieun.
Hyunwoo mengajak Jieun duduk dibangku
dibawah pohon rindang di taman itu.
Hyunwoo melipat tangannya. “Butuh kesabaran
untuk mengajarmu. Ini kali pertamanya aku mengajari seseorang dan rasanya
benar-benar mengesalkan. Haha..”
“Mian.”
“Kau tidak perlu minta maaf.” Kata Hyunwoo
sambil bersandar.
“Hyunwoo-ya..” Seru Jieun.
“Hm?”
Jieun menghembuskan nafasnya dengan berat.
“Aku ingin mengakhiri semuanya.”
Hyunwoo melirik Jieun, dahinya mengkerut
karena bingung. “Mengakhiri apa?”
“Mengakhiri hubungan kita, aku tidak ingin
menyusahkanmu lagi. aku benar-benar sadar sekarang kalau aku tidak pantas
berada disampingmu.”
Hyunwoo terdiam, ia benar-benar bingung.
“Aku hanya beban untukmu, aku hanya
mempermalukanmu.. jadi, lebih baik kita akhiri semuanya. yahh.. terimakasih
karena kau telah menerimaku. Terimakasih.”
“Dan lagi, kau tidak usahh mengajariku
lagi, aku akan mencari penggantimu.” Kata Jieun lalu berjalan pergi.
Hyunwoo terdiam, ia benar-benar bingung dan
hatinya sangat sakit mendengar apa yang dikatakan Jieun. Dan bodohnya lagi, ia
hanya bisa diam.
____________________
To be
contuined........
Kenape? Ceritanya
kagak bagus? Iyalah. Siapa dulu dong yang buat? Gue! Hahaha.. mian mian sorry
yo! Gue ga begitu berbakat :”( gue masih baru. Tapi, kalau kalian mau gue
lanjutin chapter duanya.. gue bakal lanjutin, tapi kalian pada kagak mau. Ya
udin. Gue ga bakal lanjut kok J Thanks yang udah baca! THAANKKSS!! LOL
Rabu, 26 Februari 2014
Sepupuku Idolaku
“ Suci..Suci..”
Suara itu
terdengar keras ditelingaku. Dengan kesal aku membuka mataku dan menemukan
Ibuku sedang menatapku.
“Apa sudah pagi?” Tanyaku pada Ibu.
“Ini masih sore, masih pukul 3.” Jawab Ibu.
“Ouh.. lalu kenapa membangunkanku?”
“Tantemu dan sepupumu datang.”
“Tante dan sepupu yang mana?” Tanyaku
sambil menguap.
Aku terkejut saat Ibu memberitahuku kalau
yang datang adalah Tante dan Sepupuku yang sudah 3 tahun lamanya tidak kutemui.
Itu semua karena mereka tinggal di Paris.
Dengan segera aku berlari masuk ke kamar
mandi, mencuci muka lalu menyisir rambut sedikit agar terlihat lebih rapi. Lalu
dengan pelan aku keluar kamar dan menuju ruang tengah.
Aku terkejut melihat seseorang yang
sepertinya lebih tua dariku memegang sebuah gitar dan bernyanyi dengan kakakku.
‘siapa dia?’ sungguh. Dia sangat tampan, dan style-nya benar-benar
keren.
“Kenapa duduk di situ? Ayo ke sini!” Suara
keibu-ibuan itu terdengar oleh telingaku. Itu bukan suara Ibuku melainkan suara
tanteku. Aku menghampirinya dan memeluknya karena benar-benar merindukannya.
“Mana Aim?” Tanyaku padanya.
“Apa?” aku menoleh dan melihat orang yang
bermain gitar tadi yang mengeluarkan suara.
“Lu siapa?” Tanyaku, apa dia... apa dia
Aim?? Ah tidak mungkin. seingatku 3 tahun yang lalu, Aim tidak setampan itu,
kulitnya tidak seputih itu,
“Apa? Lu kaget karena gue berubah seganteng
ini?”
“Lu Aim?” Asli.. aku benar-benar terkejut.
WOW
Aim benar-benar sangat keren sekarang. Dia
tidak secupu 3 tahun yang lalu. dia tidak sehitam 3 tahun yang lalu dan dia
tidak sejelek 3 tahun yang lalu. cara bicaranya juga tidak blak-blakkan seperti
3 tahun yang lalu, yap.. dia sudah berubah sekarang. Hahaha..
3 tahun yang lalu dia selalu memulai
pembicaraan, dan sekarang aku yang memulai.
“Apa di Paris sangat seru?”
Dia menceritakan tentang hidupnya di Paris,
terdengar sangat menyenangkan. Setelah menceritakan semuanya, ia mengambil
ponselnya dan asyik sendiri. Aku benar-benar mengagumi sepupuku yang sekarang,
dia tampan, tinggi, bermata coklat, kulitnya tidak terlalu gelap, cara
bicaranya tidak seperti 3 tahun yang lalu yang blak-blakkan dan yang lebih
membuatnya keren adalah dia pintar bermain gitar dan suaranya benar-benar
keren.. huh.. sepupuku ini benar-benar telah menjadi idola baru untukku. hahaha
-Terlalu pendek. Ini cermin (Cerita Mini) yaa.. hahaha-
#LR
-Terlalu pendek. Ini cermin (Cerita Mini) yaa.. hahaha-
#LR
Selasa, 25 Februari 2014
Pertemuan singkat
‘Aku benar-benar tidak berniat ikut! Tidak berniat sama
sekali. Ini membosankan sangat-sangat membosankan. Kenapa mereka memilih tempat
ini? Kenapa orang tuaku sangat senang ke tempat ini? Di sini tidak ada yang
menarik bagiku, aku hanya mengantuk-mengantuk dan mengantuk.’
Aku mendesah kesal
dan menjerit dalam hati. Lagi-lagi Ibu dan Ayahku mengajakku ke toko buku.
Awalnya aku berpikir kalau aku akan mati bosan di toko buku ini tapi semua yang
kupikirkan ternyata salah setelah aku bertemu dengannya...
Dia, memakai
ransel berwarna hitam, celana jeans hitam dan baju berwarna biru tua,
aku memperhatikannya terus menerus, dia sedang membaca sebuah buku yang tidak
kuketahui judulnya. ‘Dia benar-benar
tampan’ pikirku. Kulitnya yang tidak begitu gelap, rambutnya hitam lurus namun
sedikit berantakan dan badannya yang tinggi dan tegap.
‘Apa dia seorang modelTapi, jika iya. kenapa ia ada di sini?
Apa ia tersesat?” Pikirku.
Aku terus
memperhatikannya sampai ia akhirnya menoleh padaku. Ia telah menyadari kalau
ada seorang gadis yang memandanginya sejak tadi. Aku benar-benar salah tingkah
saat dia menatapku bingung, aku langsung mengalihkan pandangan ke arah sebuah
buku yang benar-benar tidak kumengerti apa maksud judul buku itu. ‘Apa ini
tulisan Jepang? Korea? Atau Cina? Ah sial, ini buku apa?’ Aku menjerit kesal
dalam hati, kenapa ada buku yang judulnya benar-benar tidak dimengerti
maksudnya terselip di sini, di toko buku ini.’
Setelah semenit memperhatikan buku tidak
jelas itu, mataku kembali mengarah ke...
‘Ke mana dia?’
Dia menghilang,
aku mengelilingi toko buku itu tapi tetap tidak menemukannya. Di mana dia?
“Hi”
Aku membalikkan
badanku untuk mengetahui siapa orang itu, dan sungguh sangat terkejut karena
dia adalah orang yang sejak tadi kucari.
“Hm.. Halo.” Aku tersenyum gugup, sungguh! Dia dua kali
lebih tampan dari dekat.
“Sedang mencari sesuatu?” Tanyanya.
“Hmm.. ya.” Jawabku.
“Sebuah buku?” Dia menaikkan sebelah alisnya yang tebal.
Aku hanya bisa mengangguk karena aku benar-benar sangat
gugup.
“Buku apa?”
“Hmm.. hanya sebuah novel.”
“Ouhh. Kalau begitu aku duluan, bye-“
Aku mengatur
napasku saat itu, berada di dekatnya benar-benar membuatku tidak bisa bernapas
karena terlalu gugup. Sial! Aku memperhatikannya membayar buku yang dibelinya
lalu keluar dari toko buku yang membosankan ini. Lalu.. apa selanjutnya?
Sejak saat itu,
aku benar-benar paling semangat jika aku diajak ke toko buku itu. Aku berharap
bisa bertemu dengannya lagi, namun semuanya sia-sia, aku tidak menemukannya.
Dia tidak datang lagi ke toko buku itu..
Tapi, aku masih
terus berharap bisa melihat wajah tampannya, pertemuan singkat itu benar-benar
membuatku terus-terus saja memikirkannya. AKHH.. kenapa bisa begini?
To be continue...
-Wkwk.. palingan ga ada yang baca -_- Kesihan-
To be continue...
-Wkwk.. palingan ga ada yang baca -_- Kesihan-
Duit sejuta
Membahagiakan
sekali! Akhirnya bulan depan gue bisa nonton konser penyanyi andalan gue Olga
Syaputra JUSTIN BIEBER.
2 tahun yang lalu, Justin konser di Jakarta. Tapi, pas itu gue gak nonton,
bokap sama nyokap sih ngizinin tapi gak ngasih duit tambahan buat beli tiket
konser dan tiket pesawat (karena gue tinggal di kolom jembatan Makassar)
Tapi kali ini Nyokap
dengan bokap gue ngizinin trus nambahin duit tabungan gue. Sumpah, gue senneng
banget! 3 bulan yang lalu sih, waktu gue ngasih tahu Nyokap kalau Justin Bieber
bakal ngadain konser, nyokap langsung bilang..
“Gak ada, gak ada uang buat konser!“
Sumpah, pas nyokap bilang
gitu gue senneng kessel banget.
“Aku udah nabung buat beli tiket konser
sama tiket pesawat dari setahun yang lalu, tapi gak cukup.”
“Kurangnya berapa?”
“Sejuta.”
Pikiran gue pas itu,
nyokap bakal ngasih gue daun duit langsung, tapi sayangnya pikiran gue
SALAH! Nyokap malah pingsan bilang....
“Kamu cuci piring dulu sana!”
Gue ngehembusin
napas kesal.. guepun nuyuci piring. ‘Mungkin kalau gue nurutin apa mau nyokap,
nyokap bakalan nurutin apa mau gue juga.’ Batin gue pas itu.
Habis nyuci piring,
gue disuruh nyapu, besoknya pulang sekolah gue disuruh ngepel, nyuci, ke pasar,
besoknya lagi kayak gitu.. besoknya lagi, trus besoknya lagi disuruh ngelipat
pakaian, masak nasi, dan itu berlangsung selama sebulan. Dan dipikiran gue
selama sebulan itu adalah ‘Nyokap bakal ngasih sampah uang’ ‘Nyokap
bakal ngasih batu uang sejuta’ ‘Gue bakal nonton konser CherryBelle Justin
Bieber’
“Mama bakal nambahin uang akukan?”
“Nambahin uang? Emang mama pernah janji?”
Hidung gue ngeluarin
asap, sebentar lagi tanduk gue bakalan keluar dan mengenai nyokap gue... Tapi gue
ngurungin niat gue, gue gak mau dicap sebagai anak durhaka dan masuk neraka
wihh ngeri~~
“Jadi, mama gak bakal ngasih aku uang?”
Nyokap menggeleng.
Gue, seperti anak
ABG zaman sekarang, gue lari masuk ke kamar trus ngurung diri di kamar, gak
bakalan minum kecuali kalau gue haus, gak bakalan makan kecuali kalau gue
lapar, dan gak bakalan tidur kecuali kalau gue ngantuk. Tapi, sebenarnya yang
gue lakuin adalah...
NGAMBIL SAPU, GUE
MENYAPU. KE DAPUR GUE NYUCI PIRING dan gue kembali rajin+banget. Mungkin nyokap belum puas dengan cara gue
membersihkan rumah. Kalau nyokap puas, nyokap bakal ngasih gue duit. HaHaHa..
–Tawa Spongebob-
Dan selama sebulan
lebih gue gak pernah nanya nyokap tentang ‘duit sejuta’ sampai tadi siang.
Tadi siang :
Gue berakting
layaknya aktris, kecapean dan duduk disebelah nyokap.
“Capek ya?” Tanya Nyokap.
-sebenarnya sih
nggak.-
“Iya.” Jawab Gue
“Emang habis apa?”
“Ngepel.”
“Ngepel? Cuman ngepel kok capeknya gitu
amat?”
“2 bulan lebih aku udah ngebersihin rumah,
masak, nyuci bla..bla.. dan capeknya baru terasa sekarang.”
“Oh gitu.”
“Ma.. mama ada uang sejuta gak?” Tanya gue
dengan ekspresi yang perlu dimarahi dikasihani.
“Kenapa? Untuk nonton konser Justin?”
Gue ngangguk layaknya anak kecil yang
ditanya: ‘Mau pelmen?’
“Ya udah deh, mama bakal pikir-pikir dulu
bareng papa.”
Gue bakal lompat
setinggi mungkin kalau gue bisa, tapi kalau hasil dari pemikiran mama sama papa
tidak sesuai dengan yang gue harapkan, gimana? Gue bakal teriak seperti anak
alay ‘O CIDAAKKKKK’
Tadi, Pukul 07:20pm
Dari kamar gue
mendengar nyokap manggil. DEG DEG DEG jantung berdetak kencang. Gue keluar
kamar dan berjalan layaknya model menuju ruang tengah, tapi yang sebenarnya gue
cuman jalan biasa doang. Wkwkwk
“Ada apa?” #Pura-pura tidak tahu,
ceritanyeee
“Ya sudah, ini uang sejuta. Kamu boleh
nonton konser Justin Bibir bulan depan.”
“Justin Bieber, Mama~”
“Iya, itulah apalah..”
Gue sih gak kaget,
kenapa? Karena tadi gue nguping pembicaraan nyokap sama bokap gue di dapur.
“Dia katanya pengen banget nonton konsernya
Justin Bibir.”
-Justin BIBIR?, pas
nyokap bilang gitu gue pengen banget nyamperin dan ngebennerin cara nyokap
nyebutin BiEBER, tapi gue tahan.. gue gak mau acara perundingan antara
suami-istri itu berantakan karena gue- ahahaha
“Justin Bibir itu emang siapa?”
“Itu yang nynyaiin Bebek-bebek-bebek—Ollrais”
Kata Nyokap.
-Nyokap benner-benner
dah, kalau gak tahu lagunya gak usah nyanyi!!- Gue menjerit dalam hati.
“Ouuhh si Justin Bibir suka bebek sama
nasi?”
“Mungkin. Heran deh sama Justin Bibir, kok
lagunya kayak gitu yah?”
“Haha.. iya. jadi kita nambahin uangnya
Tifa?”
“Ya sudah, kita tambahin saja.”
Gue pun seperti anak
ABG zaman sekarang : Masuk ke kamar, ngunci kamar, nyalain musik, teriak-teriak,
lompat-lompat di atas kasur dan ujung-ujungnya semuanya pada rusak. Tapi yang
sebenarnya gue lakuin cuman berjalan pelan menuju kamar, duduk di kursi dan
nyanyi lagunya dora.
“Berhasil-Berhasil-Berhasil
HORE WIDIRIT WIDIRIT-
Yap, seperti itulah yang gue denger pas
mereka lagi ngebicarain tentang duit mereka yang bakal gue ambil.
Gue benner-benner gak sabar untuk bulan
depan. Gue gak sabar ngelihat wajah tampan Justin Bieber, suara merdunya,
dancenya yang keren dan semuaaaaannyyyaaaaaa~~~ YEYEYEYEYEYEYE LALALALA
YYEYEYEYELALALALA
~HaHa.. gaje pan? iyalah-_- jangan lupa comment~
~HaHa.. gaje pan? iyalah-_- jangan lupa comment~
Langganan:
Postingan (Atom)