Rabu, 27 Agustus 2014

Special and Regular


~Special And Regular~
Cast : Jieun, Hyunwoo
Other Cast: Jiyeon, Sulli
Lenght: Twoshoot
Writer : Latifah Ramdhani

    .Judulnya ! Apa lagi itu? gue ga tau bikin judul. Ternyata yang susah itu ya buat judul. Jadi, kalau judulnya KAGAK sesuai gue mian mian sorry ya. Trus kalau ceritanya ancur seancur muka gue, mohon maaf mian mian sorry bro~

Chapter1
 Suara musik game terdengar dari sudut cafe, seroang gadis dengan ponselnya bermain dengan sangat seru, dihadapan gadis itu, seroang pria yang terlihat seumuran dengan gadis itu membaca buku sambil mendengarkan musik dari erphonenya.
    Sesekali gadis itu meminum minuman yang ia pesan, dan saat ia kalah ia akan menggerutu kesal membuat pria dihadapannya itu menggeleng.
    “Huh! Aku bosan!” Kata gadis itu lalu meletakkan ponselnya dimeja. “Kau! Kapan kau berhenti membaca buku itu?”
    “....” Tidak ada jawaban dari pria dihadapannya.
    “Yak! Hyunwoo-ya.” Seru gadis itu lagi. pria yang ternyata bernama Hynwoo itu tidak menjawab apapun, mungkin ia tidak mendengar gadis itu memanggilnya.
    Gadis itu menghembuskan napas kesal. “Huh!! Kau selalu sibuk dengan dirimu sendiri.” Katanya kesal. “Hyunwoo-ya~~~” Kata gadis itu sedikit teriak yang membuat para pelanggan lain refleks berbalik mengarah mereka berdua.
    Akhirnya Hyunwoo, pria itu sadar kalau gadis dihadapannya memanggilnya.
    “Huh.. ada apa denganmu, Jieun-a? Kau sukses membuat mereka berbalik kearah kita.” Kata Hyunwoo sambil melepas erphone-nya dan menutup bukunya.
    Gadis yang ternyata bernama Jieun itu mencibir kesal. “Itu karena kau juga.” Katanya pelan. “Siapa suruh tidak memperdulikanku dan hanya memperhatikan buku itu.”
    “Jieun-a, apa kau lupa? Besok ada ujian, kenapa kau begitu santai? Hah? Kenapa kau tidak membuka buku pelajaranmu dan belajar bersamaku?”
    “Aishh.. jadi sejak tadi kau belajar? Huh, mian.. aku tidak tahu.” Kata Jieun sedikit menyesal. “Aku ingin belajar tapi aku benar-benar tidak ada mood untuk itu.”
    Hyunwoo menggeleng pelan.
    “Belajar pun percuma, tidak ada yang bisa masuk diotakku. Apalagi besok matematika.” Jieun menggeleng dan mengangkat kedua tangannya. “Aku pasrah kalau nilai matematikaku hancur. Itu bukan masalah, aku sudah terbiasa untuk itu.”
    Hyunwoo menghembuskan nafas dengan sedikit kesal. “Mari belajar bersama!! Aku akan mengajarimu apa yang tidak kau ketahui.” Katanya dengan sedikit emosi.
     “ Aku tidak ingin menyusahkanmu. Jadi, belajarlah sendiri. Mulai sekarang, aku tidak akan menganggumu kalau kau sedang belajar. Miann..” Kata Jieun lalu mengambil ponselnya dan kembali memainkan gamenya.
    _________________
    Malamnya, Jieun sedang menonton acara komedi, ia benar-benar tertawa terbahak-bahak membuat Ibunya beberapa kali menegurnya. Sampai ia berhenti tertawa ketika Hyunwoo menelponnya.
    Wae?” Jieun.
    “Apa kau sudah belajar?” Tanya Hyunwoo.
    Jieun menghembuskan nafas kesal. “Tidak, aku tidak akan belajar. Kalau kau menelponku hanya karena ingin bertanya seperti itu, lebih baik kau tidak usah menelponku.” Kata Jieun kesal dan memutuskan telepon. Ibunya yang memperhatikannya sejak tadi hanya bisa menggeleng melihat sikap anaknya.
    “Aishh.. selalu saja ia seperti itu. Memangnya ia siapa? Apa dia benar-benar namjachingu-ku atau dia orangtuaku? Cih, sikapnya benat-benar mirip Ayah.” Kata Jieun dengan emosi meluap-luap.
---
    Hyunwoo menggeleng saat Jieun memutuskan sambungan telepon. “Aish.. aku benar-benar kesal dengan sikapnya. kenapa aku bisa jatuh cinta dengan gadis seperti dia??” Serunya kesal.
   Hyunwoo kembali mengambil pulpennya dan mencoba menjawab soal-soal yang ada pada buku paketnya. Tiba-tiba ia berhenti dan meletakkan pulpennya dengan kesal.
    “Aishh.. apa dia marah padaku? Ah, entahlah.” Katanya lalu memaksakan dirinya kembali mengambil pulpennya. Pikirannya dipenuhi oleh Jieun yang sepertinya marah padanya. Sesekali Hyunwoo menggeleng ketika ia mengingat Jieun lagi.
____________________
    Besok paginya di sekolah, Jieun datang lebih awal dan mengobrol dengan teman kelasnya.
    “Jadi.. apa kau belajar dengannya?” Tanya Salah satu teman kelasnya yang duduk disampingnya.
    “Siapa? Hyunwoo? Haha.. aku tidak suka belajar. Walau mau diajar oleh dia pun aku tetap tidak suka belajar.” Jawab Jieun dengan tawanya yang menggema di ruang kelasnya.
    Hyunwoo datang, dengan sikap pendiamnya ia berjalan masuk ke kelas. sekali melirik Jieun, lalu kembali melirik yang lainnya.
    Saat ujian berlangsung, Jieun benar-benar tidak tahu apapun, dia hanya menggeleng dan menjawab asal. Dia benar-benar sudah pasrah dengan otaknya yang benar-benar tidak bisa dalam soal matematika, fisika dan juga kimia.
    Hyunwoo sedikit memperhatikan Jieun, ia menghembuskan nafasnya dengan kesal.
_______________________________
    Setelah ujian, Hyunwoo duduk di samping kelasnya dibangku berwarna hijau panjang yang memang disiapkan untuk bersantai. Tiba-tiba Jieun lewat dengan temannya. Hyunwoo menatapnya sambil menyipitkan matanya dan melmbaikan tangan pertandah memanggilnya Jieun.
    Jieun membiarkan temannya pergi dan ia berjalan dengan kesal menuju Hyunwoo. Hyunwoo menyuruh Jieun duduk disampingnya.
    “Hm ada apa?” Tanya Jieun sambil tersenyum tipis pada Hyunwoo.
    “Bagaimana ujiannya?” Tanya Hyunwoo.
    Jieun tertawa pelan. “Kenapa menanyakan itu? Kau pasti sudah tahu apa yang terjadi denganku saat mengerjakan soal matematika.”
    Hyunwoo menyipitkan matanya, mendecakkan lidah dan mengangguk. “Kau benar! kenapa aku bertanya seperti ini?”
    “Haha.. bagaimana? Apa kau mau ke kantin?” Tanya Jieun.
    Hyunwoo menggeleng. “Aku tidak lapar. Kau pergilah!”
    “Baiklah, paii..” Kata Jieun sambil melambaikan tangannya dan berjalan menuju kantin.
_____________________________________
    Jieun makan dengan lahapnya, ia sangat kelaparan karena tadi pagi ia tidak sarapan karena takut terlambat ke sekolah. Tapi, ternyata sampai di sekolah, ujian baru dimulai pukul 8.
    Teman kelasnya yang bernama Sulli menggeleng pelan. “Makanlah dengan pelan. Kalau kau tersedak kau akan menggemparkan kantin ini. haha.”
    “Kau diam saja, makanlah makananmu! Jangan mengurusiku. Aku sangat lapar sekarang.” Kata Jieun lalu memakan makanannya lagi.
    Tiba-tiba, seorang siswi datang dan duduk disamping Jieun dan menggeleng melihat kelakukan Jieun.
    “Aishh.. apa kau benar-benar pacar Hyunwoo?” Tanya siswi itu.
    Jieun berhenti memakan makanannya dan berbalik mengarah siswi itu. Jieun memperhatikan papan namanya. Siswi itu bernama Jiyeon. Jieun memutar bola matanya, meminum minuman yang ia pesan lalu kembali menatap Jiyeon.
    “Apa maksudmu?” Tanya Jieun sambil mengangkat sebelah alisnya.
    Jiyeon memperhatikan Jieun dari atas sampai bawah. “Aku tidak mengerti kenapa ia memilihmu. Kau sangat biasa.”
    Sulli yang kesal mendengarnya langsung menegurnya. “Yak! Apa maksudmu mengatakan hal seperti itu?”
    “Kau tahu siapa Hyunwoo? Dia adalah si siswa yang posisinya tidak bisa tergantikan dirangking 1 umum. Aku benar-benar ingin mengalahkan tapi itu mustahil. Hm.. lalu kau? Aishh.. kau hanya membuatnya malu dengan otakmu yang tidak berguna itu!”
    Jieun terkejut dengan kalimat yang keluar dari mulut Jiyeon. Jieun tahu kalau Jiyeon adalah siswi yang pintar dan dia adalah siswi yang menempati rangking 2 umum. Tapi, ia kesal atas pernghinaan yang diberikan untuknya.
    “Apa aku pernah membuatmu kesal? Hah? Kenapa kau menghinaku dengan mulutmu itu?” Tanya Jieun berusaha menahan emosi. Ia menahan dirinya agar tidak menendang mulut Jiyeon.
    “Kau benar-benar!” Kata Sulli dan hampir saja meninju wajah Jiyeon, untung saja Jieun dengan cepat menahan tubuh Sulli.
    “Apa aku salah? Aku rasa aku benar, otakmu memang tidak berguna! Kau hanya membuatnya malu.. dan lagi.. aku mendengar dari yang lainnya kalau kau yang mengejar-ngejarnya. Cih, kau benar-benar tidak punya rasa malu!” Kata Jiyeon pedas. Jieun menatapnya kesal, amarahnya benar-benar susah ia tahan. Hampir saja ia ingin mengeluarkan kata-kata kotor untuk Jiyeon.
    “Hmm..” Jiyeon melirik jam tangannya. “Aku harus pergi. paii.. selamat menikmati sarapanmu!” Katanya dengan manis, namun tatapannya benar-benar sinis.
    Sulli mencibir. “Uekk.. sepertinya aku mau muntah melihat wajahnya.”
    Jieun menghembuskan nafas sedih. “Sepertinya ia benar.”
    “Yak Jieun-ah! Apa maksudmu? Hah? Dia hanya iri denganmu yang bisa mendapatkan Hyunwoo. Aku dengar ia juga menyukai Hyunwoo.”
    “Aku sudah kenyang. Aku pergi dulu.” Kata Jieun lalu pergi meninggalkan Sulli yang kesal dengan sikapnya. Otak Jieun benar-benar dipenuhi dengan apa yang dikatakan oleh Jiyeon. Sepertinya ia termakan oleh kalimat pedas Jiyeon.
______________________
    Jieun yang duduk dibelakang Hyunwoo memperhatikan punggung Hyunwoo dengan tatapan sedih.
    “Yap! Sepertinya Jiyeon benar. aku hanya membuat malu Hyunwoo dengan otakku yang pas-pasan. Aku tidak pintar dalam pelajaran apapun, apalagi matematika. Huh.. ya, mungkin Hyunwoo malu punya yeojachingu sepertiku. Semuanya fakta, Hyunwoo selalu menyuruhku belajar, jika ia menelponku.. ia hanya menanyakan apakah aku sudah belajar atau tidak? intinya ia berusaha keras merubahku.. entahlah, apa ini untuk kebaikanku, atau karena ia malu karena aku yang bodoh?”
    “Yak Jieun-a? Apa yang kau pikirkan? Aku sudah memanggil namamu sejak tadi?”
    Tiba-tiba Jieun tersadar. “Ah?”
    Derai tawa pun terdengar untuk Jieun. Jieun menghembuskan nafasnya. “Maaf.” Kata Jieun lalu berdiri dan membungkuk sampai 90derajat.
    “Araesso.. duduk!” Kata gurunya. Jieun pun duduk.
    “Yah.. pasti ia malu sekarang. Malu dengan sikapku.” Kata Jieun. “Harusnya aku tidak menyatakan rasa sukaku dan memaksanya menerimaku. Dia hanya kasihan padaku... ahh siall!! Ia bahkan tidak pernah mengatakan ‘saranghae’ padaku.. itu sudah jelas kalau ia tidak menyukaiku.”
________________________
    Hyunwoo menunggu Jieun yang dipanggil oleh walikelas di gerbang sekolah.
    “Huh.. dia lama sekali.” Kata Hyunwoo sedikit mengeluh.
    “Kenapa belum pulang?” Tanya Jiyeon yang tiba-tiba datang.
    “Sedang menunggu seseorang.” Jawab Hyunwoo.
    “Ouh.. apa Jieun?”
    Hyunwoo mengangguk.
    “Baiklah, aku duluan. Paii.. selamat menunggu.” Kata Jiyeon dengan manis. “Cih, dia benar-benar bodoh dalam memilih pasangan.” Batin Jiyeon kesal.
    Jieun keluar dari ruang walikelasnya lalu berjalan dengan lesuh. “Kemungkinan aku tidak bisa naik kelas, kalau nilaiku terus-terusan seperti ini. aishh.. lalu aku harus apa? Ini pemaksaan, kalau memang otakku ini tidak mampu, aku harus bagaimana? Arghh..”
    “Kau kenapa lama sekali?” Tanya Hyunwoo yang tiba-tiba ada dihadapannya.
    Jieun bingung. “Kenapa kau ada di sini?”
    “Kau pikir kenapa? Tentu saja menunggumu. Ayo!” Kata Hyunwoo.
    Jieun berjalan dengan lesuh.
    “Ada apa? Kenapa kau dipanggil walikelas?” Tanya Hyunwoo.
    “Bukan, bukan apa-apa.” Jawab Jieun.
    “Kalau itu bukan apa-apa, kenapa kau terlihat lesuh?” Tanya Hyunwoo.
    “Huh.. tidak apa.” Kata Jieun.
    Hyunwoo benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan Jieun.
_______________________
    Jieun memperhatikan nilai-nilainya diraport. Nilainya benar-benar standar. Bahkan ada yang dibawah standar.
    “Kenapa harus ada sekolah? Ini mengerikan. Kalau aku tidak naik kelas, apa yang akan mereka katakan padaku? Mereka akan menghinaku.”
    “Bagaimana dengan Hyunwoo? Huh, Hyunwoo akan semakin malu. Aku menyukainya, benar-benar menyukainya, tapi aku tidak tahu dia menyukaiku apa tidak, karena ia tidak pernah menyatakan hal itu.”
    Jieun teringat perkataan Jiyeon. “Huh! Dia benar. lebih baik aku mundur.. aku hanya membuatnya malu.”
    FlashBack
    “Aku menyukaimu!” Jieun menyatakan perasaannya pada Hyunwoo.
    Hyunwoo terkejut dan bingung dengan apa yang dinyatakan Jieun. Dia hanya mengkerutkan dahi dan tidak menjawab.
    Jieun menelan ludah. Hyunwoo terdiam.
    “Huh, baiklah. Aku tahu kalau kau tidak menyukaiku. Tapi, bisakah kau menerimaku? Kumohon! Aku sangat-sangat menyukaimu!! Kumohon!!“
    “Baiklah.”
    “Baiklah?” Jieun terkejut. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Hyunwoo akan menerimanya.
    “Apa kau menginginkan aku menjadi pacarmu?”
    Jieun mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.
    “Baiklah, kalau begitu mulai sekarang aku adalah pacarmu.” Kata Hyunwoo yang membuat Jieun terkejut, heran namun senang.
    “Benarkah? Kau tidak bercanda, bukan?”
    Hyunwoo menggeleng. “Aku tidak bercanda.”
FlashBack –END-
    “Yap, mengherankan sekali kenapa ia bisa langsung menerimaku begitu saja. Kita tidak pernah akrab sama sekali. walau sekelas, kita hanya mengobrol seadanya. Yap, kesimpulannya adalah, Hyunwoo dulu menerimaku hanya karena KASIHAN. Bukankah ini benar-benar menyedihkan?”
    Jieun benar-benar sedih.
_________________________
    Hyunwoo duduk dimeja belajarnya, ia bingung dengan apa yang terjadi pada Jieun. Tiba-tiba ia teringat dengan Jiyeon.
    “Bukankah orang yang menyapaku tadi di gerbang adalah Jiyeon? Jiyeon yang.....”
    FlashBack
    “Itu mustahil! Dia itu bodoh! Bagaimana mungkin orang seperti Hyunwoo bisa menyukainya.”
    Hyunwoo yang duduk dibawah pohon, di taman belakang sekolahnya, tidak sengaja mendengar Jiyeon dan temannya membicarakan seseorang. Awalnya ia tidak peduli, tapi saat mendengar Jiyeon menyebut namanya, ia langsung tertarik mendengar apa yang dibicarakan Jiyeon dan temannya itu.
    “Ya kau benar! Jieun benar-benar tidak punya rasa malu. Harusnya ia sadar diri kalau dia itu sama sekali tidak pantas menyukai Hyunwoo.” Kata temannya.
    “Jieun?” Batin Hyunwoo.
    “Aku dengar dia akan menyatakan perasaannya.” Kata Jiyeon sambil menggeleng.
    “Benarkah? Aishh.. Jieun benar-benar nekat.”
    “Aku yakin ia akan ditolak. Haha, dan aku akan mempermalukannya di depan semua orang.”
    Hyunwoo yang mendengar semuanya hanya bisa menggelengkan kepalanya.
    FlashBack –END-
    “Ahh.. iya. wanita licik itu! Karena Jiyeonlah aku menerima Jieun. Yap, sehari setelah itu Jieun menyatakan perasaannya padaku, awalnya aku benar-benar tidak ingin menerimanya.. huh menyedihkan. Tapi, mengingat yang dikatakan Jiyeon tentang ia akan mempermalukan Jieun didepan semua orang, aku menjadi kasihan dan menerimanya.”
    “Tapi, sungguh. Awalnya aku tersiksa dengan  sifat kebodohannya, kegilaannya, kemalasannya, dan semuanya.. tapi lama kelamaan aku terbiasa dengan itu semua dan menerimanya. Waktu terlalu cepat berlalu, awalnya hanya sebuah ‘rasa kasihan’ menjadi ‘rasa suka’ sial! Ini membuatku gila.”
    “Sebelum aku berpacaran dengannya, aku tidak pernah merasa sepusing seperti ini. hidupku benar-benar normal, dan sekarang? Semuanya berubah.”
____________________
     Jieun menghembuskan nafas sedih.
    “Aku akan ikut les privat.” Kata Jieun.
    “Woah.. itu bagus!” Kata Sulli.
    “Tapi, aku tidak tahu itu akan berhasil atau tidak.”
    “Kau hanya harus mencobanya. Tapi.. apa kau menyewa seorang guru?”
    Jieun memandang bingung Sulli. “Kalau aku tidak menyewa, siapa yang akan mengajariku? Aishh. Kau ini benar-benar!”
    “Tapi, pacarmukan bisa mengajarimu. Dia itu sangat pintar!”
    “Diamlah, aku tidak ingin membahas tentang dia.”
    “Hah? Apa kalian bertengkar.”
    “Aku bilang stop!”
     Araesso.” Kata Sulli sedikit kesal.
    Saat Hyunwoo masuk ke kelas, Jieun hanya terdiam, tidak melirik Hyunwoo sama sekali yang membuat Hyunwoo bingung lalu duduk ditempat duduknya.
    “Huh, aku benar-benar merinudukan dia! aku ingin sekali berbicara dengannya. Akhir-akhir ini kita jarang bicara. Tapi.. sepertinya ini lebih baik, aku tidak ingin menyusahkannya terlalu banyak. Dan sepertinya, jalan terbaik adalah..” Jieun menelan ludah. “Melepaskannya.” Katanya lalu menghembuskan nafas kesal.
    Hyunwoo mengkerutkan dahinya dengan sikap Jieun yang sekarang.
__________________
     Jieun mencubit-cububiti pipinya sendiri didepan cermin. “Arghh.. aku ingin sekali bertemu denganmu Hyunwoo!!!! Pulang sekolah tadi aku benar-benar menyesal tidak pulang bersamamu.. Hyunwoo-ya, ini mengesalkan!”
    Ketukan pintu terdengar. “Yak Jieun-a! Guru privatmu sudah datang.”
    Jieun benar-benar kesal. “Ne.” Kata Jieun dan berjalan menuju pintu dan membukanya.
    “Hyunwoo?, ke-kenapa kau ada di sini?” Tanya Jieun yang terkejut dengan kedatangan Hyunwoo, namun ia juga sangat senang.
    Hyunwoo memiringkan kepalanya dan mengangkat bahunya. “Ambil bukumu!” Katanya lalu masuk ke dalam kamar Jieun.
    “Ibu, kenapa ia ada di sini? Bukankah.. ahh..”
    “Ya, dia adalah guru privatmu. Ibu lebih mempercayai dia daripada yang lain, karena Ibu sudah mengenalnya lama.. jadi, mulai sekarang kau harus belajar dengan baik darinya. Ibu ingin mengambilkan kalian makanan ringan.” Kata Ibunya lalu berjalan menuju dapur.
    Jieun masih berdiri mematung didekat pintu. “Apa ini mimpi?”
    “Yak Jieun-a! Kenapa kau masih berdiri di sana? Ambil bukumu dan beritahu aku yang mana yang tidak kau mengerti!” Kata Hyunwoo yang duduk dikursi meja belajar Jieun sambil memperhatikan foto Jieun yang terpajang dimeja belajarnya dengan bingkai berwarna merah jambu. Hyunwoo hanya tersenyum tipis melihatnya.
    Jieun yang tahu kalau fotonya diperhatikan langsung mengambilnya dan menyimpan dilacinya lalu mengambil buku matematika dan mengambil sebuah kursi lalu duduk disamping Hyunwoo.
    “Semuanya.” Kata Jieun. “Aku tidak mengerti dengan semuanya.”
    Hyunwoo akhirnya mengajari Jieun dengan susah payah. Jieun benar-benar susah diajar.
    Ibunya masuk dan memberikan mereka sebuah makanan ringan, Hyunwoo berterimakasih dan Ibu Jieun pun keluar.
    Jieun memegang kepalanya. “Aku sangat pusing. Akhh..” Katanya mengeluh lalu mengambil biskuit yang dibawah oleh Ibunya dan langsung menggigitnya dengan kesal.
    Satu stengah jam Hyunwoo mengajarkan Jieun lalu ia memberikan 2 soal dan benar-benar membuat Hyunwoo harus menggelengkan kepalanya beberapa kali karena 2 soal yang diberikan Hyunwoo, Jieun hanya bisa menjawab stengah dari  nomor satu.
    “Huh, kau benar-benar susah diajar. Tapi, ini sudah  cukup baik karena kau bisa mengerjakan stengah dari nomor satu.” Kata Hyunwoo lalu berdiri dari duduknya. “Aku harus pulang.”
    Jieun mengangguk. “Gomawo.”
    “Hm.”
    Jieun mengantar Hyunwoo sampai depan pintu. “Pai.” Katanya lalu melambaikan tangan.
    Hyunwoo melangkah pergi, namun ia menghentikan langkahnya dan berbalik. “Aku ingin jalan-jalan dulu. Karena aku sudah mengajarmu, kau harus membayarku dengan menemaniku.”
    ===
    Jieun dan Hyunwoo akhirnya berjalan-jalan ditaman kompleks perumahan.
    “Aishh.. apa aku mengatakannya saja sekarang? Mengatakan kalau aku akan melepaskannya dan meminta maaf karena menyusahkannya selama ini?” Batin Jieun.
    Hyunwoo mengajak Jieun duduk dibangku dibawah pohon rindang di taman itu.
    Hyunwoo melipat tangannya. “Butuh kesabaran untuk mengajarmu. Ini kali pertamanya aku mengajari seseorang dan rasanya benar-benar mengesalkan. Haha..”
    Mian.”
    “Kau tidak perlu minta maaf.” Kata Hyunwoo sambil bersandar.
    “Hyunwoo-ya..” Seru Jieun.
     “Hm?”
    Jieun menghembuskan nafasnya dengan berat. “Aku ingin mengakhiri semuanya.”
    Hyunwoo melirik Jieun, dahinya mengkerut karena bingung. “Mengakhiri apa?”
    “Mengakhiri hubungan kita, aku tidak ingin menyusahkanmu lagi. aku benar-benar sadar sekarang kalau aku tidak pantas berada disampingmu.”
    Hyunwoo terdiam, ia benar-benar bingung.
    “Aku hanya beban untukmu, aku hanya mempermalukanmu.. jadi, lebih baik kita akhiri semuanya. yahh.. terimakasih karena kau telah menerimaku. Terimakasih.”
    “Dan lagi, kau tidak usahh mengajariku lagi, aku akan mencari penggantimu.” Kata Jieun lalu berjalan pergi.
    Hyunwoo terdiam, ia benar-benar bingung dan hatinya sangat sakit mendengar apa yang dikatakan Jieun. Dan bodohnya lagi, ia hanya bisa diam.
____________________
To be contuined........
Kenape? Ceritanya kagak bagus? Iyalah. Siapa dulu dong yang buat? Gue! Hahaha.. mian mian sorry yo! Gue ga begitu berbakat :”( gue masih baru. Tapi, kalau kalian mau gue lanjutin chapter duanya.. gue bakal lanjutin, tapi kalian pada kagak mau. Ya udin. Gue ga bakal lanjut kok J Thanks yang udah baca! THAANKKSS!! LOL

Rabu, 26 Februari 2014

Sepupuku Idolaku

  

    “ Suci..Suci..”
Suara itu terdengar keras ditelingaku. Dengan kesal aku membuka mataku dan menemukan Ibuku sedang menatapku.
    “Apa sudah pagi?” Tanyaku pada Ibu.
    “Ini masih sore, masih pukul 3.” Jawab Ibu.
    “Ouh.. lalu kenapa membangunkanku?”
    “Tantemu dan sepupumu datang.”
    “Tante dan sepupu yang mana?” Tanyaku sambil menguap.
    Aku terkejut saat Ibu memberitahuku kalau yang datang adalah Tante dan Sepupuku yang sudah 3 tahun lamanya tidak kutemui. Itu semua karena mereka tinggal di Paris.
    Dengan segera aku berlari masuk ke kamar mandi, mencuci muka lalu menyisir rambut sedikit agar terlihat lebih rapi. Lalu dengan pelan aku keluar kamar dan menuju ruang tengah.
    Aku terkejut melihat seseorang yang sepertinya lebih tua dariku memegang sebuah gitar dan bernyanyi dengan kakakku. ‘siapa dia?’ sungguh. Dia sangat tampan, dan style-nya benar-benar keren.
    “Kenapa duduk di situ? Ayo ke sini!” Suara keibu-ibuan itu terdengar oleh telingaku. Itu bukan suara Ibuku melainkan suara tanteku. Aku menghampirinya dan memeluknya karena benar-benar merindukannya.
    “Mana Aim?” Tanyaku padanya.
    “Apa?” aku menoleh dan melihat orang yang bermain gitar tadi yang mengeluarkan suara.
    “Lu siapa?” Tanyaku, apa dia... apa dia Aim?? Ah tidak mungkin. seingatku 3 tahun yang lalu, Aim tidak setampan itu, kulitnya tidak seputih itu,
    “Apa? Lu kaget karena gue berubah seganteng ini?”
    “Lu Aim?” Asli.. aku benar-benar terkejut. WOW
    Aim benar-benar sangat keren sekarang. Dia tidak secupu 3 tahun yang lalu. dia tidak sehitam 3 tahun yang lalu dan dia tidak sejelek 3 tahun yang lalu. cara bicaranya juga tidak blak-blakkan seperti 3 tahun yang lalu, yap.. dia sudah berubah sekarang. Hahaha..
    3 tahun yang lalu dia selalu memulai pembicaraan, dan sekarang aku yang memulai.
    “Apa di Paris sangat seru?”
    Dia menceritakan tentang hidupnya di Paris, terdengar sangat menyenangkan. Setelah menceritakan semuanya, ia mengambil ponselnya dan asyik sendiri. Aku benar-benar mengagumi sepupuku yang sekarang, dia tampan, tinggi, bermata coklat, kulitnya tidak terlalu gelap, cara bicaranya tidak seperti 3 tahun yang lalu yang blak-blakkan dan yang lebih membuatnya keren adalah dia pintar bermain gitar dan suaranya benar-benar keren.. huh.. sepupuku ini benar-benar telah menjadi idola baru untukku. hahaha



 -Terlalu pendek. Ini cermin (Cerita Mini) yaa.. hahaha-
#LR

Selasa, 25 Februari 2014

Pertemuan singkat



‘Aku benar-benar tidak berniat ikut! Tidak berniat sama sekali. Ini membosankan sangat-sangat membosankan. Kenapa mereka memilih tempat ini? Kenapa orang tuaku sangat senang ke tempat ini? Di sini tidak ada yang menarik bagiku, aku hanya mengantuk-mengantuk dan mengantuk.’
    Aku mendesah kesal dan menjerit dalam hati. Lagi-lagi Ibu dan Ayahku mengajakku ke toko buku. Awalnya aku berpikir kalau aku akan mati bosan di toko buku ini tapi semua yang kupikirkan ternyata salah setelah aku bertemu dengannya...
    Dia, memakai ransel berwarna hitam, celana jeans hitam dan baju berwarna biru tua, aku memperhatikannya terus menerus, dia sedang membaca sebuah buku yang tidak kuketahui judulnya.  ‘Dia benar-benar tampan’ pikirku. Kulitnya yang tidak begitu gelap, rambutnya hitam lurus namun sedikit berantakan dan badannya yang tinggi dan tegap.
‘Apa dia seorang modelTapi, jika iya. kenapa ia ada di sini? Apa ia tersesat?” Pikirku.
    Aku terus memperhatikannya sampai ia akhirnya menoleh padaku. Ia telah menyadari kalau ada seorang gadis yang memandanginya sejak tadi. Aku benar-benar salah tingkah saat dia menatapku bingung, aku langsung mengalihkan pandangan ke arah sebuah buku yang benar-benar tidak kumengerti apa maksud judul buku itu. ‘Apa ini tulisan Jepang? Korea? Atau Cina? Ah sial, ini buku apa?’ Aku menjerit kesal dalam hati, kenapa ada buku yang judulnya benar-benar tidak dimengerti maksudnya terselip di sini, di toko buku ini.’
    Setelah semenit memperhatikan buku tidak jelas itu, mataku kembali mengarah ke...
‘Ke mana dia?’
    Dia menghilang, aku mengelilingi toko buku itu tapi tetap tidak menemukannya. Di mana dia?
“Hi”
    Aku membalikkan badanku untuk mengetahui siapa orang itu, dan sungguh sangat terkejut karena dia adalah orang yang sejak  tadi kucari.
“Hm.. Halo.” Aku tersenyum gugup, sungguh! Dia dua kali lebih tampan dari dekat.
“Sedang mencari sesuatu?” Tanyanya.
“Hmm.. ya.” Jawabku.
“Sebuah buku?” Dia menaikkan sebelah alisnya yang tebal.
Aku hanya bisa mengangguk karena aku benar-benar sangat gugup.
“Buku apa?”
“Hmm.. hanya sebuah novel.”
“Ouhh. Kalau begitu aku duluan, bye-“
    Aku mengatur napasku saat itu, berada di dekatnya benar-benar membuatku tidak bisa bernapas karena terlalu gugup. Sial! Aku memperhatikannya membayar buku yang dibelinya lalu keluar dari toko buku yang membosankan ini. Lalu.. apa selanjutnya?
    Sejak saat itu, aku benar-benar paling semangat jika aku diajak ke toko buku itu. Aku berharap bisa bertemu dengannya lagi, namun semuanya sia-sia, aku tidak menemukannya. Dia tidak datang lagi ke toko buku itu..
    Tapi, aku masih terus berharap bisa melihat wajah tampannya, pertemuan singkat itu benar-benar membuatku terus-terus saja memikirkannya. AKHH.. kenapa bisa begini?

To be continue...

-Wkwk.. palingan ga ada yang baca -_- Kesihan-

Duit sejuta



Membahagiakan sekali! Akhirnya bulan depan gue bisa nonton konser penyanyi andalan gue Olga Syaputra JUSTIN BIEBER. 2 tahun yang lalu, Justin konser di Jakarta. Tapi, pas itu gue gak nonton, bokap sama nyokap sih ngizinin tapi gak ngasih duit tambahan buat beli tiket konser dan tiket pesawat (karena gue tinggal di kolom jembatan Makassar)
Tapi kali ini Nyokap dengan bokap gue ngizinin trus nambahin duit tabungan gue. Sumpah, gue senneng banget! 3 bulan yang lalu sih, waktu gue ngasih tahu Nyokap kalau Justin Bieber bakal ngadain konser, nyokap langsung bilang..
    “Gak ada, gak ada uang buat konser!“
Sumpah, pas nyokap bilang gitu gue senneng kessel banget.
    “Aku udah nabung buat beli tiket konser sama tiket pesawat dari setahun yang lalu, tapi gak cukup.”
    “Kurangnya berapa?”
    “Sejuta.”
Pikiran gue pas itu, nyokap bakal ngasih gue daun duit langsung, tapi sayangnya pikiran gue SALAH! Nyokap malah pingsan bilang....
    “Kamu cuci piring dulu sana!”
Gue ngehembusin napas kesal.. guepun nuyuci piring. ‘Mungkin kalau gue nurutin apa mau nyokap, nyokap bakalan nurutin apa mau gue juga.’ Batin gue pas itu.
Habis nyuci piring, gue disuruh nyapu, besoknya pulang sekolah gue disuruh ngepel, nyuci, ke pasar, besoknya lagi kayak gitu.. besoknya lagi, trus besoknya lagi disuruh ngelipat pakaian, masak nasi, dan itu berlangsung selama sebulan. Dan dipikiran gue selama sebulan itu adalah ‘Nyokap bakal ngasih sampah uang’ ‘Nyokap bakal ngasih batu uang sejuta’ ‘Gue bakal nonton konser CherryBelle Justin Bieber’
    “Mama bakal nambahin uang akukan?”
    “Nambahin uang? Emang mama pernah janji?”
Hidung gue ngeluarin asap, sebentar lagi tanduk gue bakalan keluar dan mengenai nyokap gue... Tapi gue ngurungin niat gue, gue gak mau dicap sebagai anak durhaka dan masuk neraka wihh ngeri~~
    “Jadi, mama gak bakal ngasih aku uang?”
    Nyokap menggeleng.
Gue, seperti anak ABG zaman sekarang, gue lari masuk ke kamar trus ngurung diri di kamar, gak bakalan minum kecuali kalau gue haus, gak bakalan makan kecuali kalau gue lapar, dan gak bakalan tidur kecuali kalau gue ngantuk. Tapi, sebenarnya yang gue lakuin adalah...
NGAMBIL SAPU, GUE MENYAPU. KE DAPUR GUE NYUCI PIRING dan gue kembali rajin+banget.  Mungkin nyokap belum puas dengan cara gue membersihkan rumah. Kalau nyokap puas, nyokap bakal ngasih gue duit. HaHaHa.. –Tawa Spongebob-
Dan selama sebulan lebih gue gak pernah nanya nyokap tentang ‘duit sejuta’ sampai tadi siang.
Tadi siang :
Gue berakting layaknya aktris, kecapean dan duduk disebelah nyokap.
    “Capek ya?” Tanya Nyokap.
-sebenarnya sih nggak.-
    “Iya.” Jawab Gue
    “Emang habis apa?”
    “Ngepel.”
    “Ngepel? Cuman ngepel kok capeknya gitu amat?”
    “2 bulan lebih aku udah ngebersihin rumah, masak, nyuci bla..bla.. dan capeknya baru terasa sekarang.”
    “Oh gitu.”
    “Ma.. mama ada uang sejuta gak?” Tanya gue dengan ekspresi yang perlu dimarahi  dikasihani.  
    “Kenapa? Untuk nonton konser Justin?”
    Gue ngangguk layaknya anak kecil yang ditanya: ‘Mau pelmen?’
    “Ya udah deh, mama bakal pikir-pikir dulu bareng papa.”
Gue bakal lompat setinggi mungkin kalau gue bisa, tapi kalau hasil dari pemikiran mama sama papa tidak sesuai dengan yang gue harapkan, gimana? Gue bakal teriak seperti anak alay ‘O CIDAAKKKKK’
    Tadi, Pukul 07:20pm
Dari kamar gue mendengar nyokap manggil. DEG DEG DEG jantung berdetak kencang. Gue keluar kamar dan berjalan layaknya model menuju ruang tengah, tapi yang sebenarnya gue cuman jalan biasa doang. Wkwkwk
    “Ada apa?” #Pura-pura tidak tahu, ceritanyeee
    “Ya sudah, ini uang sejuta. Kamu boleh nonton konser Justin Bibir bulan depan.”
    “Justin Bieber, Mama~”
    “Iya, itulah apalah..”
Gue sih gak kaget, kenapa? Karena tadi gue nguping pembicaraan nyokap sama bokap gue di dapur.
    “Dia katanya pengen banget nonton konsernya Justin Bibir.”
-Justin BIBIR?, pas nyokap bilang gitu gue pengen banget nyamperin dan ngebennerin cara nyokap nyebutin BiEBER, tapi gue tahan.. gue gak mau acara perundingan antara suami-istri itu berantakan karena gue- ahahaha
    “Justin Bibir itu emang siapa?”
    “Itu yang nynyaiin Bebek-bebek-bebek—Ollrais” Kata Nyokap.
-Nyokap benner-benner dah, kalau gak tahu lagunya gak usah nyanyi!!- Gue menjerit dalam hati.
    “Ouuhh si Justin Bibir suka bebek sama nasi?”
    “Mungkin. Heran deh sama Justin Bibir, kok lagunya kayak gitu yah?”
    “Haha.. iya. jadi kita nambahin uangnya Tifa?”
    “Ya sudah, kita tambahin saja.”
Gue pun seperti anak ABG zaman sekarang : Masuk ke kamar, ngunci kamar, nyalain musik, teriak-teriak, lompat-lompat di atas kasur dan ujung-ujungnya semuanya pada rusak. Tapi yang sebenarnya gue lakuin cuman berjalan pelan menuju kamar, duduk di kursi dan nyanyi lagunya dora.
“Berhasil-Berhasil-Berhasil HORE WIDIRIT WIDIRIT-
    Yap, seperti itulah yang gue denger pas mereka lagi ngebicarain tentang duit mereka yang bakal gue ambil.
    Gue benner-benner gak sabar untuk bulan depan. Gue gak sabar ngelihat wajah tampan Justin Bieber, suara merdunya, dancenya yang keren dan semuaaaaannyyyaaaaaa~~~ YEYEYEYEYEYEYE LALALALA YYEYEYEYELALALALA  



~HaHa.. gaje pan? iyalah-_- jangan lupa comment~